Tuesday, December 2, 2008

Dunia dalam bola mata cokelat muda (bagian 1)

Gadis kecil... dengan bola mata cokelat mudanya, menatap polos ke angkasa...
Mata yang punya satu ekspresi... mata yang selalu bertanya... tentang dunia di balik bola mata cokelat mudanya...
Mata yang selalu minta jawaban atas pertanyaan hatinya...

Gadis kecil... dengan hati mudanya, mencoba mengenal rasa di dalam dada...
Hati yang selalu haus... haus akan rasa m.e.n.g.e.r.t.i... mengapa ia DISINI...
Hati yang selalu minta diguyur air pencerahan atas dahaganya...

Rasa haus itulah sahabat setianya... teman seperjalanannya...
Kawan yang selalu ada, hingga sang gadis kecil beranjak dewasa...
Hingga sang gadis mempercayakan tangannya bergenggaman bersama dalam setapak perjalanan kehidupannya...

Ia percayakan sang haus menuntun langkah demi langkah perjalanannya...
Menuju setitik embun di daun... setakup tangan air hujan... satu kolam besar oase... satu keajaiban mata air yang tak pernah kering... limpahan tumpah ruah air terjun... riak deras sungai... atau jika mungkin kaya-nya lautan kehidupan untuk memuaskan dahaganya...

Haus itu kadang terasa manis karena ia hanya merindu setitik embun di daun...
Hanya perlu sepenggal singkat waktu sang gadis menanti...
Hingga malam belum ingin lari pergi dan mentari belum ingin angkuh berdiri...
Ia kecupkan bibirnya pada setitik embun dini hari...
Dan hatinya pun tersenyum kembali...

Namun ada kalanya haus itu terasa menyesakan, mematikan...
mencekik leher dan membuatnya lunglai pingsan...
Karena haus yang telah biasa ada, membuatnya lupa bahwa air-lah tujuan hidupnya...
Ia menangis dan menjerit... merasa tak mengerti... mengapa ia tak mampu lagi berdiri...

Saat lelah mencapai puncak paling tinggi...
Saat hening menyergap diantara ambang perlawanan dan kepasrahan...
Perlahan kesadaran merambati diri... Memori menyusup menemani...
Bahwa tak ia hiraukan genggaman tangan tulus sahabat setianya...
Hingga digenggamkannya kuat-kuat tangan sang gadis, hanya untuk mengingatkan...
Bahwa ia ada...

Dalam sedih perih... dalam lelah terperah... dalam limbung bingung... sang gadis kembali melangkah...
Tak kan cukup setitik embun kini... Tak kan cukup setakup tangan air hujan kini...
Haus... Dahaga... terasa luar biasa menyiksa...
Tak cukup hanya ia dan haus.. hanya ia dan dahaga...
Tak cukup berdua...

Dalam letih sang gadis bersimpuh... dikatupkannya kedua tangan.. disatukannya jemari-jemarinya...
Dalam hening sang gadis berserah... dipejamkannya kedua mata... dilepaskannya buliran tangisan air matanya...

Berdoa... mereka tak hanya berdua...
Karena tak mampu mereka berlari mencari oase, sungai, air terjun bahkan lautan...
Mereka butuh bimbingan... Mereka butuh kekuatan... Mereka butuh bisikan ketenangan... Mereka butuh pencerahan.. Mereka butuh keajaiban...

Dan sang gadis... menanti...

No comments: